Selasa, 29 Maret 2016

MAKALAH SABLON KAOS



KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Allah SWT tuhan semesta alam, yang tak pernah luput memberikan nikmat kepada kita semua. Dengan nikmatnya juga kita bisa menyelesaikan laporan tertulis ini. Kami juga mengucapakn terima kasih kepada berbagai pihak terutama kepada Ibu Helmifah selaku guru pelajaran seni budaya dan juga praktik sablon yang telah mendukung demi keberhasilan praktik cetak saring/sablon dan penulisan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam praktik dan penulisan laporan ini. Untuk itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya ini ke depannya. Semoga karya kami ini memberikan manfaat bagi kita semua.







Bekasi, Februari 2016


                                                                                                             

                                                                                                                              Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………...........…………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………………...………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Sejarah Cetak Sablon ………...…………………………………………………………………….3
1.2  Kain …………………..……………………………………………………………………………3

BAB II PENJELASAN TENTANG SABLON
2.1. Pengertian Sablon …………………………………………………………………………………7
2.2 Alat dan Bahan …………………….........................................…………………………………….8
2.3. Langkah Pembuatan Sablon ……………………………………………………………………...12

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………….13
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………………13

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………...…………..14












BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 SEJARAH CETAK SABLON
Cetak sablon atau cetak saring telah lama di kenal dan di gunakan oleh bangsa jepang sejak tahun 1664, abad ke 1 7, ketika itu Yujensai Miyasaki dan Zisukeo mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif. Penyablonan kimono itu dilatarbelangi oleh kaisar yang melarang menggunakan kimono bertuliisan tangan. Pesalnya, Kaisar sangat prihatin karena tingginya harga kimono motif tulisan tangan yang beredar di pasar. Dengan keluranya kebijakan tersebut dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulia banyak di di gunakan oleh masysrakat jepang.
Sejak itu tehnik cetak sablon mulai merambah ke negara-negara. Akan tetapi cetak sablon pada masa itu berkembang tidak terlalu baik, penggunaan kain gasa atau screen sebagi acuan, cetak sebelum di kenal, penyablonan masih menggunakan teknik pengecapan atau menggunakan model cetak atau mal.
Pada tahun 1907, seorang pria kebangsaan Inggris, Samuel simon, mengenalkan teknik sablon denghan menggunakan Chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan sebutan silk screen printing yang berarti mencetak dengan menggunakan kain saring sutra.
Usai perang Dunia kedua, teknik cetak saring terus berkembang pest. Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru yaitu teknik cetak saring moderen. Namun, teknik dasar yang di gunakan cetak saring tetap sederhana, mudah, dan murah untuk di praktekan. Karenanya, selama bertahun-tahun, pandangan orang pada teknik saring ini tetap sama, yakni usaha sambilan tetapi menghasilkan”.
Istilah teknik cetak saring di Indonesia kurang di kenal. Istilah yang lebih popular digunakan adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari bahasa belanda, yakni Schablon. Kata tersebut berkulturasi dan menjadi bahasa sarapan hingga bermetamorposis menjadi kata sablon
1.2. KAIN
Pada proses cetak sablon “kain” atau screen  mempunyai peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan sebagai faktor penentu tingkat kwalitas dari proses cetak yang dihasilkan. Kain sablon dipergunakan sebagai sarana untuk memegang gambar yang terdapat pada permukaan kain (screen). Dewasa ini kain atau screen lebih banyak terbuat dari serat sintetis jenis tunggal (mono filamen). Berbagai jenis serat kain yang dapat dipergunakan untuk proses cetak sablon diantaranya adalah :
1. nilon.
2. polyester,terdiri atas :
a. metalissed polyester/polyester logam.
b. antistatic polyester/polyester antistatis.
c. calendered polyester/polyester termampatkan.
3. stainless steel.

Karakteristik serat kain (screen).
1. Nilon.
Untuk semua kebutuhan cetak sablon tersedia pilihan yang secara luas,hanya saja
berupa serat benang tunggal.

Keunggulan dari serat benang nilon :
a. Memiliki daya rentang dan daya gosok yang baik.
b. Ideal untuk tahapan pencetakan di atas bahan cetak yang permukaanya tidak rata.
c. Memiliki daya alir tinta yang baik, dan punya daya rekat yang sempurna untuk
semua jenis emulsi(stensil foto).

Kelemahannya :
a. Peka terhadap kondisi cuaca/temperatur dan kelembaban udara.
b. Tidak sesuai untuk jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan ketepatan yang tinggi   (register).

KETEBALAN KAIN/SCREEN
Serat kain yang terbuat dari nilon atau polyester tersedia dalam beberapa derajat ketebalan yakni: tipe Small (S), tipe Medium (M), tipe Thick (T) dan Heavy Duty (HD).
Serat benang dengan tipe S serat benangnya tipis, cocok untuk pekerjaan nada lengkap (halftone), dan gambar seni (artis/seni). Serat benang dengan tipe M serat benang yang memiliki ukuran medium, cocok untuk pekerjaan nada lengkap yang kasar. Serat benang dengan tipe T serat benangnya tebal, cocok untuk segala jenis pekerjaan pada teknik cetak sablon. Sedangkan serat benang dengan tipe HD, serat benang dengan ekstra tebal cocok untuk pekerjaan yang dilakukan secara masinal (cetak menggunakan mesin), cetak blok dan jenis-jenis pekerjaan kasar.


WARNA KAIN/SCREEN
Kain (screen) pada umumnya berwarna putih. Tapi seringkali kain berwarna putih dan pada waktu dilakukan proses penyinaran akan menimbulkan gejala pemantulan kembali yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan penyinaran. Untuk mengatasi masalah tersebut pada umumnya kain dibuat berwarna kuning, jingga dan merah. Sehingga kain berwarna digunakan untuk menghindari terjadinya pemantulan kembali cahaya pada waktu penyinaran stensil foto sistem direct (langsung), sistem direct/indirect (langsung/tidak langsung), maupun sistem cappilary (kafilek).

PERSYARATAN KAIN
Untuk memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada kain (screen)
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :

1. Daya lentur/fleksibilitas.
Karena pada saat dilakukan perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.

2. Pori-pori tidak berubah atau bergeser.
Tujuan utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.

3. Tahan terhadap bahan kimia.
Selama kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu berhubungan dengan
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.

4. Mudah dibersihkan.
Diharapkan agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang maka
kain harus mudah dibersihkan.

5. Tahan terhadap gesekan.
Pada waktu digunakan screen akan selalu bersentuhan dengan rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.

Dengan demikian gesekan dari rakel tidak dengan mudah mengikis serat kain
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.

6. Memiliki keporian yang bervariasi.
Dengan adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon

7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.
Sangat berpengaruh pada tahapan pengalihan tinta cetak.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.

Untuk Mendapatkan Hasil cetak Sablon yang sesuai dengan keinginan Anda, maka penting untuk mengenal dan menerapkan langkah / tahapan yang benar dalam Proses Menyablon.


















BAB 11

PENJELASAN TENTAN SABLON

2.1.  PENGERTIAN SABLON

Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil terbuat dari bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil tersebut selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original dimana detail-detail gambar yang direproduksi memiliki tingkat keterbatasan terutama bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada teknik cetak sablon acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada umumnya dikenal dengan istilah film hand cut.Film photographi dan emulsi stensil direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang dibentangkan pada sebuah bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam yang berfungsi sebagai pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu menahan bagian yang digunakan selama proses penyablonan berlangsung. Adakalanya para perancang grafis melakukan tahapan desain secara langsung pada permukaan alat penyaring dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup eseluruhan sablonan dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut agar diperoleh bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat penyaring.
Pada awal abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan kain/screen yang terbuat dari bahan sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring tepung. Dari sinilah maka istilah cetak sablon dikenal dengan sebutan “silk screen printing” yang digunakan pada tahapan proses cetak. Karena sutera harganya cukup mahal, serta memiliki kekuatan yang kurang baik, serta secara dimensional kurang stabil, maka kemudian diganti dengan bahan yang terbuat dari nilon dan selanjutnya dengan poliester. Sedangkan untuk keperluan cetak, alat-alat atau benda-benda elektronik dipergunakan kain (screen) yang terbuat dari bahan stainless steel/logam.
Serat kain dibuat/dianyam/dirajut menurut standar dan diproduksi dengan berbagai ukuran tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan tingkat kerapatan anyaman.








2.2 ALAT dan BAHAN
1. Screen Sablon
Alat ini berfungsi sebagai perantara tinta sablon ke media sablon. Screen sablon terdiri dari rangka (midangan) dan kain kassa (kain screen). Rangka biasa dibuat dari kayu atau alumunium. Screen memiliki berbagai macam ukuran, ada yang berukuran 15 cmx 25 cm atao 30cm x 40cm sampai ukuran 8 meter yang biasa dipakai untuk membuat spanduk. Demikian juga kain kassa memiliki pori-pori yang berbeda-beda, misalnya T48 atau T61 biasa dipakai buat nyablon kaos atau spanduk, yang lain T160, T180, T200 biasa dipakai untuk nyablon stiker atau plastik.


2. Obat Afruk
Bahan ini digunakan untuk mengafdruk gambar dari film ke screen. Biasanya terdiri dari dua botol, botol besar adalag obat afdruknya, botol kecil pecampurnya, usahakan mencampur disesuaikan dengan kebutuhan, karena kalau terlalu lama obat afdruk tidak dipakai akan rusak.

3.Film
Adalah gambar yang sudah diprint/dicetak pada kertas. Biasanya yang dipakai ngeprint adalah printer laser jet karena printer laser jet memiliki kepekatan warna hitam yang merata, sehingga memudahkan ketika mengafdruk film ke screen. Film sablon biasanya diprint dikertas karkir. Kalau aku pribadi pakai kertas biasa yang diolesi dengan minyak guring (bacanya; goreng.. hehehe) dengan tujuan agar kertas tembus cahaya.


4. Coater
Coater adalah alat yang dipakai untuk mengoleskan atau meratakan obat afdruk ke screen,  kita juga bisa menggunakan alat lain selain coater seperti penggaris busur derajat atau mika, dan perlu diingat keadaan permukaan pinggir mika harus rata, lebih baik lagi kalau ditipiskan pinggirnya.

5. Hair Dryer / Kipas Angin
Dipakai untuk mngeringkan screen, karena screen yang sudah diolesi obat afdruk tidak boleh terkena cahaya matahari dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu pake hair dryer diruangan tertutup dan agak gelap untuk menjaga kegagalan mengafdruk film, (gak perlu sampai gelap amat ntar gak bisa liat)







6. Meja sablon
Dala proses sablon yang baik sudah tentu memerlukan alat-alat yang baik pula guna menghasilkan sablon yang bagus. Jika ditanyakan keharusan memiliki meja yang bagus dan baik jawabannya adalah ya. Jika ingin memproduksi dalam jumlah besar tentu harus mendapatkan hasil yang konsisten diumpamakan jika hasil sablon pertama dengan hasil sablon ke 100 tidak berubah dalam bentuk, posisi, ketebalan. Dipasaran sudah banyak dijual meja pendukung sablon dengan berbagai bentuk dan cara penggunaan.  Tetapi satu hal yang harus diperhatikan yang terutama adalah ketelitian (presisi). Tidak harus mahal bahkan jika anda sudah mengerti dan faham tentang funsi meja sablon, anda bias membuatnya sendiri. Meja frame, meja catok, meja rel, rotary dan lain lain adalah contoh meja sablon yang dapat digunakan.


7. Rakel (sequeegee)
Rakel digunakan untuk memberikan tinta ke screen dengan cara ditekan dan didorong agar tinta dari screen tersalurkan kedalam media yang kita sablon. Terdiri dari dua bagian karet rakel dan pegangannya, biasanya kayu atau alumunium.


8. Tinta Sablon.
Ada bermacam-macam jenisnya tergantung media apa yang akan kita sablon. Biasanya dicampur dengan pigmen (pewarna) dan binder (anti luntur), apabila terlalu encer bisa dicampur dengan Emulsifir (pengencer), dan apabila terlalu kental bisa di tambahkan garam sedikit, (ingat hanya sedikit saja, kalau kebanyakan bisa encer dan campuran tinta rusak)
10. Latek / Lem Kain (Lem Stiker)
Dipakai pada waktu nyablon kaos, atau kain yang disablon lebih dari satu warna. Kalau dalam jumlah banyak lem dioleskan pada beberapa lembar triplek seukuran kaos atau media gambar yang kita sablon.

11. oven baju sablon
Digunakan untuk mengerinkan hasil sablon 100% dengan panas yang sangat tinggi. Penggunaan oven sablon yaitu dengan mem press baju sablon didalan oven.



2.3 LANGKAH PEMBUATAN SABLON

1.      Letakkan cat warna pertama pada film yang ada di pasa screen
2.      Letakkan screen dengan benar terlebih dahulu pada meja rel dengan cara batang garis pada screeh harus menempel pada besi rel. batang garis menempel dibagian besi rel sebelah kiri.
3.      Ratakan kedua ujung mur screen pada rel.
4.      Jaga screen pada perut kita. Namun tidak di tekan hanya di jaga.
5.      Oleskan cat warna pertama mengunakan rakel dengan tangan 2 dan dengan teknik dari atas ke bawah.
6.      Keringkan cat pertama, lalu mulai lagi dengan warna pertama cetakan kedua dan ketiga. Posisi harus sama agar gambar tidak berbayang.
7.      Cetakan warna pertama dilakukan sebanyak 3x. yaitu sebagai warna dasar
8.      Lakukan denan cat warna kedua. Tekniknya sama seperti cat warna pertama haya berbeda film karna berbeda tempat pewarnaan pada kaos. Pencetakan warna kedua dilakukan sebanyak 2x.
9.      Jika sudah kering, lakukan pencetakan warna ketiga. Tekniknya pencetakan warna ketiga sama dengan p[encetakan sebelumnya, yang beda hanya filmnya karena juga beda letak pewarnaan  pada kaos. Pencetakan warna ketiga dilakukan sebanyak 2x.
10.  Jika sudah selesai, oven kaos dengan alat oven. Tidak terlalu lama karena oven sudah sangan panas.















BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dari bahasan makalah yang kami buat ini dapat disimpulkan bahwa Cetak sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain. untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain.


3.2 SARAN DAN KRITIK

Demikian Makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat. Jika ada kekurangan mohon dimaafkan. Jika ada kritik dan saran mohon disampaikan karena kritik dan saran anda sangat berguna bagi perbaikan makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar