KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT tuhan semesta alam, yang tak pernah luput memberikan
nikmat kepada kita semua. Dengan nikmatnya juga kita bisa menyelesaikan laporan
tertulis ini. Kami juga mengucapakn terima kasih kepada berbagai pihak terutama
kepada Ibu Helmifah selaku guru pelajaran seni budaya dan juga praktik sablon
yang telah mendukung demi keberhasilan praktik cetak saring/sablon dan
penulisan laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam praktik dan penulisan laporan ini. Untuk itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya ini ke depannya. Semoga karya kami ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam praktik dan penulisan laporan ini. Untuk itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya ini ke depannya. Semoga karya kami ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Bekasi,
Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………...........…………………………………………1
DAFTAR ISI ………………………………………...………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Cetak Sablon ………...…………………………………………………………………….3
1.2 Kain …………………..……………………………………………………………………………3
BAB II PENJELASAN TENTANG SABLON
2.1.
Pengertian Sablon …………………………………………………………………………………7
2.2 Alat
dan Bahan …………………….........................................…………………………………….8
2.3.
Langkah Pembuatan Sablon ……………………………………………………………………...12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ……………………………………………………………………………………….13
3.2 Saran
………………………………………………………………………………………………13
LAMPIRAN
……………………………………………………………………………...…………..14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
SEJARAH CETAK SABLON
Cetak sablon atau cetak saring telah lama di kenal dan di gunakan oleh
bangsa jepang sejak tahun 1664, abad ke 1 7, ketika itu Yujensai Miyasaki dan
Zisukeo mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif.
Penyablonan kimono itu dilatarbelangi oleh kaisar yang melarang menggunakan
kimono bertuliisan tangan. Pesalnya, Kaisar sangat prihatin karena tingginya
harga kimono motif tulisan tangan yang beredar di pasar. Dengan keluranya
kebijakan tersebut dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulia banyak di di
gunakan oleh masysrakat jepang.
Sejak itu tehnik cetak sablon mulai merambah ke negara-negara. Akan
tetapi cetak sablon pada masa itu berkembang tidak terlalu baik, penggunaan
kain gasa atau screen sebagi acuan, cetak sebelum di kenal, penyablonan masih
menggunakan teknik pengecapan atau menggunakan model cetak atau mal.
Pada
tahun 1907, seorang pria kebangsaan Inggris, Samuel simon, mengenalkan teknik
sablon denghan menggunakan Chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon
merupakan bahan rajut yang terbuat dari gasa atau kain saring. Gambar yang
tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya
teknik ini dikenal dengan sebutan silk screen printing yang berarti mencetak
dengan menggunakan kain saring sutra.
Usai perang Dunia kedua, teknik cetak saring terus berkembang pest.
Inovasi-inovasi terus dilakukan hingga memunculkan genre baru yaitu teknik
cetak saring moderen. Namun, teknik dasar yang di gunakan cetak saring tetap
sederhana, mudah, dan murah untuk di praktekan. Karenanya, selama
bertahun-tahun, pandangan orang pada teknik saring ini tetap sama, yakni usaha
sambilan tetapi menghasilkan”.
Istilah teknik cetak saring di Indonesia kurang di kenal. Istilah yang
lebih popular digunakan adalah cetak sablon. Konon, kata sablon berasal dari
bahasa belanda, yakni Schablon. Kata tersebut berkulturasi dan menjadi bahasa
sarapan hingga bermetamorposis menjadi kata sablon
1.2. KAIN
Pada
proses cetak sablon “kain” atau screen
mempunyai peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan sebagai
faktor penentu tingkat kwalitas dari proses cetak yang dihasilkan. Kain sablon
dipergunakan sebagai sarana untuk memegang gambar yang terdapat pada permukaan
kain (screen). Dewasa ini kain atau screen lebih banyak terbuat dari serat
sintetis jenis tunggal (mono filamen). Berbagai jenis serat kain yang dapat
dipergunakan untuk proses cetak sablon diantaranya adalah :
1. nilon.
2.
polyester,terdiri atas :
a.
metalissed polyester/polyester logam.
b.
antistatic polyester/polyester antistatis.
c.
calendered polyester/polyester termampatkan.
3.
stainless steel.
Karakteristik
serat kain (screen).
1. Nilon.
Untuk
semua kebutuhan cetak sablon tersedia pilihan yang secara luas,hanya saja
berupa
serat benang tunggal.
Keunggulan
dari serat benang nilon :
a.
Memiliki daya rentang dan daya gosok yang baik.
b. Ideal
untuk tahapan pencetakan di atas bahan cetak yang permukaanya tidak rata.
c.
Memiliki daya alir tinta yang baik, dan punya daya rekat yang sempurna untuk
semua
jenis emulsi(stensil foto).
Kelemahannya :
a. Peka
terhadap kondisi cuaca/temperatur dan kelembaban udara.
b. Tidak sesuai untuk jenis-jenis pekerjaan yang
memerlukan ketepatan yang tinggi (register).
KETEBALAN
KAIN/SCREEN
Serat
kain yang terbuat dari nilon atau polyester tersedia dalam beberapa derajat
ketebalan yakni: tipe Small (S), tipe Medium (M), tipe Thick (T)
dan Heavy Duty (HD).
Serat
benang dengan tipe S serat
benangnya tipis, cocok untuk pekerjaan nada lengkap (halftone), dan gambar seni (artis/seni). Serat benang dengan tipe M serat benang yang memiliki ukuran medium, cocok untuk
pekerjaan nada lengkap yang kasar. Serat benang dengan tipe T serat benangnya tebal, cocok untuk segala jenis pekerjaan
pada teknik cetak sablon. Sedangkan serat benang dengan tipe HD, serat benang dengan ekstra tebal cocok untuk pekerjaan
yang dilakukan secara masinal (cetak
menggunakan mesin), cetak blok dan jenis-jenis pekerjaan kasar.
WARNA
KAIN/SCREEN
Kain
(screen) pada umumnya berwarna putih. Tapi seringkali kain berwarna putih dan
pada waktu dilakukan proses penyinaran akan menimbulkan gejala pemantulan
kembali yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan penyinaran. Untuk
mengatasi masalah tersebut pada umumnya kain dibuat berwarna kuning, jingga dan
merah. Sehingga kain berwarna digunakan untuk menghindari terjadinya pemantulan
kembali cahaya pada waktu penyinaran stensil
foto sistem direct (langsung), sistem
direct/indirect (langsung/tidak langsung), maupun sistem cappilary (kafilek).
PERSYARATAN
KAIN
Untuk
memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada kain (screen)
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :
1.
Daya lentur/fleksibilitas.
Karena
pada saat dilakukan perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
2. Pori-pori tidak
berubah atau bergeser.
Tujuan
utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.
3. Tahan terhadap bahan
kimia.
Selama
kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu berhubungan dengan
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.
4. Mudah dibersihkan.
Diharapkan
agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang maka
kain harus mudah dibersihkan.
kain harus mudah dibersihkan.
5. Tahan terhadap
gesekan.
Pada waktu digunakan screen akan
selalu bersentuhan dengan rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.
Dengan demikian gesekan dari
rakel tidak dengan mudah mengikis serat kain
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
6. Memiliki keporian yang
bervariasi.
Dengan
adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon
7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.
Sangat
berpengaruh pada tahapan pengalihan tinta cetak.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.
Untuk
Mendapatkan Hasil cetak Sablon yang sesuai dengan keinginan Anda, maka penting
untuk mengenal dan menerapkan langkah / tahapan yang benar dalam Proses
Menyablon.
BAB 11
PENJELASAN
TENTAN SABLON
2.1. PENGERTIAN SABLON
Cetak sablon
merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis
media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik,
kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil terbuat dari
bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau menghasilkan
kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil tersebut
selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original dimana
detail-detail gambar yang direproduksi memiliki tingkat keterbatasan terutama
bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada teknik cetak sablon acuan yang
berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada umumnya dikenal
dengan istilah film hand cut.Film photographi dan emulsi stensil direkatkan ke
atas alat penyaring (screen)
yang dibentangkan pada sebuah bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam
yang berfungsi sebagai pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu
menahan bagian yang digunakan selama proses penyablonan berlangsung. Adakalanya
para perancang grafis melakukan tahapan desain secara langsung pada permukaan
alat penyaring dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup
eseluruhan sablonan dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut
agar diperoleh bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat
penyaring.
Pada awal
abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan kain/screen yang
terbuat dari bahan sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring tepung. Dari
sinilah maka istilah cetak sablon dikenal dengan sebutan “silk screen printing” yang
digunakan pada tahapan proses cetak. Karena sutera harganya cukup mahal, serta
memiliki kekuatan yang kurang baik, serta secara dimensional kurang stabil,
maka kemudian diganti dengan bahan yang terbuat dari nilon dan selanjutnya
dengan poliester. Sedangkan untuk keperluan cetak, alat-alat atau benda-benda
elektronik dipergunakan kain (screen)
yang terbuat dari bahan stainless steel/logam.
Serat kain
dibuat/dianyam/dirajut menurut standar dan diproduksi dengan berbagai ukuran
tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan tingkat kerapatan
anyaman.
2.2
ALAT dan BAHAN
1. Screen
Sablon
Alat ini berfungsi sebagai
perantara tinta sablon ke media sablon. Screen sablon terdiri dari rangka
(midangan) dan kain kassa (kain screen). Rangka biasa dibuat dari kayu atau
alumunium. Screen memiliki berbagai macam ukuran, ada yang berukuran 15 cmx 25
cm atao 30cm x 40cm sampai ukuran 8 meter yang biasa dipakai untuk membuat
spanduk. Demikian juga kain kassa memiliki pori-pori yang berbeda-beda,
misalnya T48 atau T61 biasa dipakai buat nyablon kaos atau spanduk, yang lain
T160, T180, T200 biasa dipakai untuk nyablon stiker atau plastik.
2. Obat Afruk
Bahan ini digunakan untuk
mengafdruk gambar dari film ke screen. Biasanya terdiri dari dua botol, botol
besar adalag obat afdruknya, botol kecil pecampurnya, usahakan mencampur
disesuaikan dengan kebutuhan, karena kalau terlalu lama obat afdruk tidak
dipakai akan rusak.
3.Film
Adalah gambar yang sudah diprint/dicetak pada kertas. Biasanya yang dipakai ngeprint adalah printer laser jet karena printer laser jet memiliki kepekatan warna hitam yang merata, sehingga memudahkan ketika mengafdruk film ke screen. Film sablon biasanya diprint dikertas karkir. Kalau aku pribadi pakai kertas biasa yang diolesi dengan minyak guring (bacanya; goreng.. hehehe) dengan tujuan agar kertas tembus cahaya.
Adalah gambar yang sudah diprint/dicetak pada kertas. Biasanya yang dipakai ngeprint adalah printer laser jet karena printer laser jet memiliki kepekatan warna hitam yang merata, sehingga memudahkan ketika mengafdruk film ke screen. Film sablon biasanya diprint dikertas karkir. Kalau aku pribadi pakai kertas biasa yang diolesi dengan minyak guring (bacanya; goreng.. hehehe) dengan tujuan agar kertas tembus cahaya.
4. Coater
Coater
adalah alat yang dipakai untuk mengoleskan atau meratakan obat afdruk ke
screen, kita juga bisa menggunakan alat lain selain coater seperti
penggaris busur derajat atau mika, dan perlu diingat keadaan permukaan pinggir
mika harus rata, lebih baik lagi kalau ditipiskan pinggirnya.
5. Hair
Dryer / Kipas Angin
Dipakai untuk mngeringkan screen,
karena screen yang sudah diolesi obat afdruk tidak boleh terkena cahaya
matahari dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu pake hair dryer diruangan
tertutup dan agak gelap untuk menjaga kegagalan mengafdruk film, (gak perlu
sampai gelap amat ntar gak bisa liat)
6. Meja sablon
Dala proses sablon yang baik
sudah tentu memerlukan alat-alat yang baik pula guna menghasilkan sablon yang
bagus. Jika ditanyakan keharusan memiliki meja yang bagus dan baik jawabannya
adalah ya. Jika ingin memproduksi dalam jumlah besar tentu harus mendapatkan
hasil yang konsisten diumpamakan jika hasil sablon pertama dengan hasil sablon
ke 100 tidak berubah dalam bentuk, posisi, ketebalan. Dipasaran sudah banyak
dijual meja pendukung sablon dengan berbagai bentuk dan cara penggunaan. Tetapi satu hal yang harus diperhatikan yang
terutama adalah ketelitian (presisi). Tidak harus mahal bahkan jika anda sudah
mengerti dan faham tentang funsi meja sablon, anda bias membuatnya sendiri.
Meja frame, meja catok, meja rel, rotary dan lain lain adalah contoh meja sablon
yang dapat digunakan.
7. Rakel (sequeegee)
Rakel digunakan untuk
memberikan tinta ke screen dengan cara ditekan dan didorong agar tinta dari
screen tersalurkan kedalam media yang kita sablon. Terdiri dari dua bagian karet rakel dan pegangannya, biasanya kayu
atau alumunium.
8. Tinta Sablon.
Ada bermacam-macam jenisnya
tergantung media apa yang akan kita sablon. Biasanya dicampur dengan pigmen
(pewarna) dan binder (anti luntur), apabila terlalu encer bisa dicampur dengan
Emulsifir (pengencer), dan apabila terlalu kental bisa di tambahkan garam
sedikit, (ingat hanya sedikit saja, kalau kebanyakan bisa encer dan campuran
tinta rusak)
10. Latek
/ Lem Kain (Lem Stiker)
Dipakai
pada waktu nyablon kaos, atau kain yang disablon lebih dari satu warna. Kalau
dalam jumlah banyak lem dioleskan pada beberapa lembar triplek seukuran kaos
atau media gambar yang kita sablon.
11.
oven baju sablon
Digunakan
untuk mengerinkan hasil sablon 100% dengan panas yang sangat tinggi. Penggunaan
oven sablon yaitu dengan mem press baju sablon didalan oven.
2.3
LANGKAH PEMBUATAN SABLON
1. Letakkan cat warna pertama pada
film yang ada di pasa screen
2.
Letakkan
screen dengan benar terlebih dahulu pada meja rel dengan cara batang garis pada
screeh harus menempel pada besi rel. batang garis menempel dibagian besi rel
sebelah kiri.
3.
Ratakan
kedua ujung mur screen pada rel.
4.
Jaga
screen pada perut kita. Namun tidak di tekan hanya di jaga.
5.
Oleskan
cat warna pertama mengunakan rakel dengan tangan 2 dan dengan teknik dari atas
ke bawah.
6.
Keringkan
cat pertama, lalu mulai lagi dengan warna pertama cetakan kedua dan ketiga.
Posisi harus sama agar gambar tidak berbayang.
7.
Cetakan
warna pertama dilakukan sebanyak 3x. yaitu sebagai warna dasar
8.
Lakukan
denan cat warna kedua. Tekniknya sama seperti cat warna pertama haya berbeda
film karna berbeda tempat pewarnaan pada kaos. Pencetakan warna kedua dilakukan
sebanyak 2x.
9.
Jika
sudah kering, lakukan pencetakan warna ketiga. Tekniknya pencetakan warna
ketiga sama dengan p[encetakan sebelumnya, yang beda hanya filmnya karena juga
beda letak pewarnaan pada kaos.
Pencetakan warna ketiga dilakukan sebanyak 2x.
10. Jika sudah selesai, oven kaos
dengan alat oven. Tidak terlalu lama karena oven sudah sangan panas.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Dari
bahasan makalah yang kami buat ini dapat disimpulkan bahwa Cetak sablon
merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis
media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik,
kulit, dan lain-lain. untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar
maupun hasil dari suatu rancangan desain.
3.2 SARAN DAN KRITIK
Demikian
Makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat. Jika ada kekurangan mohon
dimaafkan. Jika ada kritik dan saran mohon disampaikan karena kritik dan saran
anda sangat berguna bagi perbaikan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar